Pages

Monday, January 23, 2017

Thousand Thoughts of a Thinker #1

I don't know from where to start, karena terlalu banyak yang saya pikirin sampe-sampe saya risih sendiri. Emang dasar saya orangnya pikiran, bukan berarti hal-hal kecil yang ga harus saya pikirin malah jadi pikiran, tapi emang yang menurut saya patut buat saya pikirin ya jadi kepikiran. Saya mau cerita sama orang juga gimana. Iya mereka ngedengerin saya, beberapa ada yang usaha jadi pendengar yang baik, coba memberi saran/solusi, tapi ga menuntaskan. Yaiya jelas, yang bisa menuntaskan masalah saya ya saya sendiri. Mau se-expert apapun orang itu ngasih solusi tapi kalau bukan karena kemauan keras dari diri saya sendiri ya ga akan tuntas itu masalah, it comes from within. I know it. Dan kalau orang itu bilang mereka ngerti apa yang saya rasain, sebenernya mereka ga benar-benar ngerti persis perasaan saya karena mereka bukan di posisi saya. But I appriciate it a lot! Bahkan ada juga yang setelah denger cerita saya, tanggapan mereka di luar ekspektasi saya. Okelah mereka punya pendapat sendiri yang beda sama saya, tapi setidaknya tell me in the right way. Bukannya "Ah lebay lo, Noy." "Yaelah, Noy, blablabla." dan tanggapan-tanggapan sejenis lainnya. Dan terlebihnya, mereka ngomong begitu pas lagi via chat. Yah saya sih masih tetep bales ke mereka biasa aja, tetap berusaha mengapresiasi mereka karena udah bersedia menanggapi cerita saya, karena bagaimanapun saya yang dateng, minta di dengerin sama mereka dan minta tanggapan mereka. Tapi sebenernya mah dalam hati saya gaenak banget. Udah deeh, sekali aja saya dapet tanggepan yang begitu, kedepannya saya udah males cerita lagi sama itu orang. Bukannya baperan, tapi mbok ya kalau mau bercanda atau gimana tuh pinter-pinter memposisikan diri. Orang kan lagi down, butuh orang yg bisa lift myself up. Kalau gitu caranya, saya bukannya makin tenang karena abis cerita, malah makin gondok. Mending saya telen sendiri, daripada saya digituin. Dan cara yang pasti paling terbaik sih yaa, cerita sama Allah :) Pasti hati rasanya selalu lebih tenang kalau udah cerita semuanya sama Dia. Okay, asli saya susah banget ngungkapin apa yang ada di otak saya sekarang di post saya kali ini. Gatau harus gimana dan mulai dari mana. Tapi saya bakal coba pelan-pelan, yapss.

Saya anak pertama dari lima bersaudara, cucu pertama dari keluarga papa, dan gatau cucu ke berapa dari keluarga mama saya (gatau saking banyaknya). As underlined, identitas saya sebagai yang pertama inilah, saya merasa kalau saya dituntut untuk bisa lebih baik dari adik-adik saya, karna saya tau kalau jadi yang tertua itu harus bisa jadi panutan. Saya juga pengen jadi kebanggaan mereka. Prestasi, prestasi, prestasi. Tapi saya gapernah dapet itu. Saya ngerasa otak saya pas-pasan, tapi orang tua saya bilang, "Kamu tuh sebenernya pinter kalau kamu rajin. Buktinya dulu sd kamu sering dapet peringkat 5 besar kok. Kamunya aja yang sekarang males-malesan." Emang iya waktu smp-kuliah saya ini ga pinter-pinter amat, biasa aja lah gitu, jadi prestasinya gini-gini aja, gaada yang bisa di banggain. Ga banyak orang yang ngerti dan benar-benar paham tentang perkembangan dan kemampuan setiap anak yang memiliki kadar yang berbeda-beda. Kebanyakan orang berspekulasi kalau takaran kebanggaan itu berdasarkan aspek akademiknya. Saya pikir keluarga saya termasuk dalam kebanyakan orang itu, mereka tau tentang perbedaan kemampuan setiap anak, tapi mereka ga benar-benar mengerti. Bukan, bukan orangtua saya, tapi yang lainnya. Mereka membanggakan anak yang lain ke teman-temannya di depan orang ini *point myself* (mereka ga sadar sama apa yang mereka lakuin), kadang kalau lagi begitu, saya suka merasa kecil, ga guna, gaada yang bisa di banggain dari saya di banding anak itu, Tapi pada akhirnya saya membesarkan hati saya sendiri, lagi dan lagi, Noy, Allah has the best plan for you, just be patient, usaha terus, jangan nyerah, jangan pernah ngeluh, jangan banyak omong. Buktiin ke mereka dengan hasil akhir kamu nanti. Bikin mereka bangga, Noy. Yang saya mau bukan beribu pujian atau di bangga-banggain buat memenuhi kepuasan diri saya sendiri, tapi cuma mau ngebuktiin kalau saya bisa jadi orang yang berguna, saya bisa memberi pengaruh baik yang besar buat mereka, physically or mentally. Saya cuma mau ngeliat mata mereka berbinar, senyum mereka merekah karena saya, karena apa yang saya lakuin. Just as simple as that.

Orang yang akan selalu saya ingat itu ada 2 jenis: Yang pernah membantu saya dan yang pernah meremehkan saya. Yang pernah membantu saya? Jelas, sedikit banyak mereka tetap aja namanya udah pernah nolong saya, mempermudah saya disaat saya butuh pertolongan. Yang pernah meremehkan saya? Kenapa akan selalu saya ingat? No, I'm not a vengeful one. Saya sudah memaafkan, tapi iya, ga akan pernah bisa lupa. Dan ingatan saya ini bakal jadi pemacu saya kapanpun, biar ga gampang ngeluh jadi orang, pantang menyerah, dan selalu mau improve diri setiap waktu.

Di pikiran saya sekarang tuh saya pengen cepet-cepet lulus kuliah terus langsung kerja. Saya buktiin ke mereka kalau saya bisa jadi panutan buat adik-adik saya, saya bisa tinggiin derajat keluarga saya biar gaada lagi yang berani memandang remeh kami, karena saya paling gabisa tinggal diam kalau udah bersangkut paut dengan harga diri. Saya pengen ringanin beban orangtua yang sekarang mulai kewalahan ngebiayain saya dan adik-adik saya, dan masih banyak lagi. Saya paham, untuk saat ini saya harus belajar prihatin, karena keadaan. Dan, lagi, Allah has perfect timing. never early, never late. It takes a little patience and it takes a lot of faith. But it's worth the wait. Always stay positive, Noy. ZING!! SEMANGAT! #cheermyselfup

Dari dulu saya selalu pengen bikin lecutan-lecutan baru yang bisa mengeluarkan saya dari 'zona aman' saya. Zona aman yang seringkali buat saya terlena sampe saya gamau berpindah tempat, even though I know orang ga bakal bisa sukses kalau dia terlalu amat sangat ke-pewe-an sama zona amannya. Break out of your comfort zone! You'll not grow better and bigger if you just stay and sit on it. Kayak waktu itu saya punya hobi baru suka bikin-bikin vector art, saya coba bikin ilustrasi digital buat temen saya yang ulang tahun awalnya. Dan ternyata banyak yang nanyain dan tertarik. Muncul deh ide mau bisnisin ini tapi saya takut ga berhasil dan bikin orang pada kecewa. Tapi akhirnya saya beraniin diri, gue tekad-in pokoknya, I'll do my best apapun itu. Alhamdulillah, dari hasil bikin vector begitu, kalau ga saya pake-pake uangnya mungkin sampe sekarang udh bisa buat beli iphone 5s kali hahaha. I did it, saya bisa menghasilkan. Saya berhasil naklukin rasa takut saya. Begitu pun sekarang ini, saya pengen ngajar les privat, ngelamar jadi part timer di kampus, etc. Itu pun juga saya ukur lah sama kemampuan saya. Kalau emang di luar kemampuan saya, yaa ga saya lakuin. Rasa takut itu wajar, mikirin berbagai kemungkinan buruk itu bagus, tapi jangan terlalu berlebihan, don't dwell on it, do something about it! Sooner or later, saya harus bisa dan pasti bisa mengurangi rasa takut yang berlebihan dalam diri saya.

Okay, I'm done. You do get my point! ;)

Wednesday, November 9, 2016

Etika Profesi Akuntansi #Tugas2

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi etika pada bisnis?
  • Perbedaan Budaya. Perilaku bisnis orang Indonesia tentu saja berbeda dengan Negara lain. Hal yang sama, daerah atau kota tertentu berbeda perilaku bisnisnya dengan daerah lain.
  • Pengetahuan. Semakin banyak hal yang diketahui dan semakin baik seseorang memahami suatu situasi, semakin baik pula kesempatannya dalam membuat keputusan-keputusan yang etis. Ketidaktahuan bukanlah alasan yang dapat diterima dalam pandangan hukum, termasuk masalah etika.
  • Perilaku Organisasi. Dasar etika bisnis adalah bersifat kesadaran etis dan meliputi standar-standar perilaku. Banyak organisasi menyadari betul perlunya menetapkan peraturan-peraturan perusahaan terkait perilaku dan menyediakan tenaga pelatih untuk memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang permasalahan etika.
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi Perilaku etika bisnis, yaitu :
  • Pengendalian diri. Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etik”.
  • Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility). Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
  • Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
  • Menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan  spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
  • Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan". Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
  • Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi). Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit  (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
  • Mampu menyatakan yang benar itu benar 
  • Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah. Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
  • Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu demi satu.
  • Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati. Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
  • Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. Dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lema

2. Contoh kode etik pada bisnis.
  • Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang ; tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong.
  • Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani, dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
  • Memelihara Janji (promise keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal dan legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
  • Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan Negara.
  • Kewajaran / Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk mengakui kesalahan ; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
  • Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
  • Hormat Kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menghormati martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan mempemalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
  • Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Responsibility Citizenship), yaitu selalu mentaati hukum atau aturan, penuh kesadaran, sosial, menghormati proses demokrasi dalam pengambilan keputusan.
  • Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, getol, penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasarkan kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
  • Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggungjawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya dan selalu memberi contoh.
3. Hubungan kode etik bisnis dengan kode etik profesi akuntan (Auditor).

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.

Source:
https://agungkevinkarang.wordpress.com/2015/10/10/etika-profesi-akuntansi-perilaku-etika-dalam-bisnis/
https://risarah.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis-tugas-1.html