Pages

Wednesday, November 9, 2016

Etika Profesi Akuntansi #Tugas2

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi etika pada bisnis?
  • Perbedaan Budaya. Perilaku bisnis orang Indonesia tentu saja berbeda dengan Negara lain. Hal yang sama, daerah atau kota tertentu berbeda perilaku bisnisnya dengan daerah lain.
  • Pengetahuan. Semakin banyak hal yang diketahui dan semakin baik seseorang memahami suatu situasi, semakin baik pula kesempatannya dalam membuat keputusan-keputusan yang etis. Ketidaktahuan bukanlah alasan yang dapat diterima dalam pandangan hukum, termasuk masalah etika.
  • Perilaku Organisasi. Dasar etika bisnis adalah bersifat kesadaran etis dan meliputi standar-standar perilaku. Banyak organisasi menyadari betul perlunya menetapkan peraturan-peraturan perusahaan terkait perilaku dan menyediakan tenaga pelatih untuk memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang permasalahan etika.
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi Perilaku etika bisnis, yaitu :
  • Pengendalian diri. Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etik”.
  • Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility). Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
  • Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
  • Menciptakan persaingan yang sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan  spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
  • Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan". Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
  • Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi). Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit  (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
  • Mampu menyatakan yang benar itu benar 
  • Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah. Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
  • Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama. Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu demi satu.
  • Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati. Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
  • Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. Dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lema

2. Contoh kode etik pada bisnis.
  • Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang ; tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong.
  • Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani, dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
  • Memelihara Janji (promise keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal dan legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
  • Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan Negara.
  • Kewajaran / Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk mengakui kesalahan ; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
  • Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
  • Hormat Kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menghormati martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan mempemalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
  • Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Responsibility Citizenship), yaitu selalu mentaati hukum atau aturan, penuh kesadaran, sosial, menghormati proses demokrasi dalam pengambilan keputusan.
  • Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, getol, penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasarkan kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
  • Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggungjawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya dan selalu memberi contoh.
3. Hubungan kode etik bisnis dengan kode etik profesi akuntan (Auditor).

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.

Source:
https://agungkevinkarang.wordpress.com/2015/10/10/etika-profesi-akuntansi-perilaku-etika-dalam-bisnis/
https://risarah.blogspot.co.id/2014/10/jurnal-etika-bisnis-tugas-1.html

Thursday, October 20, 2016

Etika Profesi Akuntansi #Tugas1

1. Mencari perusahaan dan auditor yang melakukan pelanggaran etika profesi dan beri tanggapan!

Malinda Palsukan Tanda Tangan Nasabah

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus pembobolan dana Citibank, Malinda Dee binti Siswowiratmo (49), diketahui memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara memalsukan tanda tangan mereka di formulir transfer.

Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum di sidang perdananya, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2011). "Sebagian tanda tangan yang ada di blangko formulir transfer tersebut adalah tandatangan nasabah," ujar Jaksa Penuntut Umum, Tatang sutar. Malinda antara lain memalsukan tanda tangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan tanda tangan dilakukan sebanyak enam kali dalam formulir transfer Citibank bernomor AM 93712 dengan nilai transaksi transfer sebesar 150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010. Pemalsuan juga dilakukan pada formulir bernomor AN 106244 yang dikirim ke PT Eksklusif Jaya Perkasa senilai Rp 99 juta. Dalam transaksi ini, Malinda menulis kolom pesan, "Pembayaran Bapak Rohli untuk interior".

Pemalsuan lainnya pada formulir bernomor AN 86515 pada 23 Desember 2010 dengan nama penerima PT Abadi Agung Utama. "Penerima Bank Artha Graha sebesar Rp 50 juta dan kolom pesan ditulis DP untuk pembelian unit 3 lantai 33 combine unit," baca jaksa.

Masih dengan nama dan tanda tangan palsu Rohli, Malinda mengirimkan uang senilai Rp 250 juta dengan formulir AN 86514 ke PT Samudera Asia Nasional pada 27 Desember 2010 dan AN 61489 dengan nilai uang yang sama pada 26 Januari 2011. Demikian pula dengan pemalsuan pada formulir AN 134280 dalam pengiriman uang kepada seseorang bernama Rocky Deany C Umbas sebanyak Rp 50 juta pada 28 Januari 2011 untuk membayar pemasangan CCTV milik Rohli.

Adapun tanda tangan palsu atas nama korban N Susetyo Sutadji dilakukan lima kali, yakni pada formulir Citibank bernomor No AJ 79016, AM 123339, AM 123330, AM 123340, dan AN 110601. Secara berurutan, Malinda mengirimkan dana sebesar Rp 2 miliar kepada PT Sarwahita Global Management, Rp 361 juta ke PT Yafriro International, Rp 700 juta ke seseorang bernama Leonard Tambunan. Dua transaksi lainnya senilai Rp 500 juta dan 150 juta dikirim ke seseorang bernamVigor AW Yoshuara.

"Hal ini sesuai dengan keterangan saksi Rohli bin Pateni dan N Susetyo Sutadji serta saksi Surjati T Budiman serta sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Bareskrim Polri," jelas Jaksa. Pengiriman dana dan pemalsuan tanda tangan ini sama sekali tak disadari oleh kedua nasabah tersebut.

Solusi :
Dalam kasus ini, Malinda melakukan banyak pemalsuan tanda tangan yang tidak diketahui oleh nasabah tersebut. Ada prinsip yang telah dilanggar yaitu prinsip tanggung jawab profesi dan prinsip integritas, yaitu karena ia tidak melakukan pertimbangan profesional dalam semua kegiatan yang dia lakukan dan tidak memelihara dan meningkatkan kepercayaan nasabah.

2. Kenapa etika profesi itu penting?

Etika profesi menjadi hal yang sangat penting karena sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Apabila dalam diri para profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk bertanggungjawab terhadap profesi mereka dengan memberikan jasa keahlian profesinya kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, semua hal yang dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para profesional ini.

3.  Lebih penting mana etika dengan kemampuan pribadi?

Menurut saya lebih penting etika. Karena tanpa etika yang baik, kemampuan pribadi sama sekali tidak ada artinya.

Friday, May 13, 2016

Passive Voice

- Text 1
Woman’s plea after dogs are attacked.
By Nicola Robinson – News Editor

A Tamworth woman is appealing for information after her two rescue dogs were viciously attacked by another animal – leaving one needing surgery. The incident happened as Lorraine Jones took her Yorkshire terrier-poodle cross Pepper and Westie Bertie for a late-night walk, on December 21 near her home in Field Farm Road, Belgrave.

“The dog launched at Pepper and clamped on her trying to drag her away and pulled me over at the same time,” Ms Jones explained. “I just screamed for help to get it off us.”

Fortunately Ms Jones’ cries were heard by her neighbours who rushed to her aid. But as soon as Pepper was freed, the dog then “clamped down” on Bertie’s neck.

She said: “It was shaking him violently and it bit me in the process. The owner just stood there and said, “What do you expect me to do about it?” 

Ms Jones needed stitches in her left hand. Bertie suffered deep wounds to the neck and had to have eight stitches and undergo an operation, while Pepper suffered cuts to her leg.

Both dogs have been prescribed antibiotics and pain killers and the drama meant Ms Jones was forced to cancel her plans to spend Christmas Day in Yorkshire. Kind friends and generous members of the “Free to Collect Tamworth” Facebook page all donated food so Ms Jones could enjoy a festive meal, and old blankets to keep the shaven dogs warm.

Ms Jones added: “We’re so lucky my neighbours were there to help us or I don’t know what would have happened.”

Anyone with information about the dog – described as tan coloured and possibly a staffie-American bulldog cross – or its owner, who was also walking a smaller black dog, is urged to contact Staffordshire Police by calling 101, quoting the incident number 817 of December 21.

- Text 2

The Bad Girl
Mrs. W. K. Clifford

She was always called the bad girl, for she had once, when she was very little, put out her tongue at the postman. She lived alone with her grandmother and her three brothers in the cottage beyond the field, and the girls in the village took no notice of her. The bad girl did not mind this, for she was always thinking of the cuckoo clock. The clock stood in one corner of the cottage, and every hour a door opened at the top of its face, and a little cuckoo came out and called its name just the same number of times that the clock ought to have struck, and called it so loudly and in so much haste that the clock was afraid to strike at all. The bad girl was always wondering whether it was worse for the clock to have a cupboard in its forehead, and a bird that was always hopping in and out, or for the poor cuckoo to spend so much time in a dark little prison. "If it could only get away to the woods," she said to herself, "who knows but its voice might grow sweet, and even life itself might come to it!" She thought of the clock so much that her grandmother used to say—

"Ah, lassie, if you would only think of me sometimes!" But the bad girl would answer—

"You are not in prison, granny dear, and you have not even a bee in your bonnet, let alone a bird in your head. Why should I think of you?"

One day, close by the farm, she saw the big girls from the school gathering flowers.

"Give me one," she said; "perhaps the cuckoo would like it." But they all cried, "No, no!" and tried to frighten her away. "They are for the little one's birthday. To-morrow she will be seven years old," they said, "and she is to have a crown of flowers and a cake, and all the afternoon we shall play merry games with her."

"Is she unhappy, that you are taking so much trouble for her?" asked the bad girl.

"Oh, no; she is very happy: but it will be her birthday, and we want to make her happier."

"Why?"

"Because we love her," said one;

"Because she is so little," said another;

"Because she is alive," said a third.

"Are all things that live to be loved and cared for?" the bad girl asked, but they were too busy to listen, so she went on her way thinking; and it seemed as if all things round—the birds, and bees, and the rustling leaves, and the little tender wild flowers, half hidden in the grass—answered, as she went along—

"Yes, they are all to be cared for and made happier, if it be possible."

"The cuckoo clock is not alive," she thought. "Oh, no; it is not alive," the trees answered; "but many things that do not live have voices, and many others are just sign-posts, pointing the way."

"The way! The way to what, and where?"

"We find out for ourselves;—we must all find out for ourselves," the trees sighed and whispered to each other.

As the bad girl entered the cottage, the cuckoo called out its name eleven times, but she did not even look up. She walked straight across to the chair by the fireside, and kneeling down, kissed her granny's hands. 

PASSIVE VOICE SENTENCES FROM THE TEXT ABOVE WITH THE TENSES:
  1. Woman’s plea after dogs are attacked. (simple present)
  2. her two rescue dogs were viciously attacked by another animal – leaving one needing surgery. (simple past)
  3. Ms Jones’ cries were heard by her neighbours who rushed to her aid (simple past0
  4. But as soon as Pepper was freed (simple past)
  5. Both dogs have been prescribed antibiotics and pain killers (perfect simple present)
  6. Ms Jones was forced to cancel her plans (simple past)
  7. Anyone with information about the dog – described as tan coloured and possibly a staffie-American bulldog cross – or its owner, who was also walking a smaller black dog, is urged to contact Staffordshire Police by calling 101, quoting the incident number 817 of December 21. (simple past)
  8. She was always called the bad girl, for she had once (simple past)
  9. She walked straight across to the chair by the fireside (simple present)

Friday, April 8, 2016

Opinions and Suggestions based on Article about Economy of Indonesia

Jokowi Minta Kesulitan Ekonomi RI Jangan Ditutupi dari Rakyat

Lily Rusna Fajriah
Rabu,  30 Maret 2016  −  12:26 WIB

Jokowi Minta Kesulitan Ekonomi RI Jangan Ditutupi dari Rakyat
Foto: Grafis/Istimewa

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, pemerintah tidak perlu menutup-nutupi kesulitan ekonomi yang terjadi di Tanah Air kepada masyarakat Indonesia. Pasalnya, masyarakat berhak atas situasi yang sebenarnya terjadi di Indonesia.

Dia mengatakan, jalan yang dilalui Indonesia untuk menuju perekonomian yang lebih baik memang selamanya tidak berjalan mulus. Ada saja titik gelap dan berkelok yang harus dihadapi dan membutuhkan ‎perhatian seluruh masyarakat.

"‎Kita tahu memang jalan yang kita lalui tidak semulus dan seenak yang kita inginkan. Jalan itu tidak selamanya landai, terang benderang, tapi yang ini juga menjadi tantangan kita semua, jalan itu akan gelap, berkelok, curam, dan yang kita rasakan juga bisa kadang pahit. Ya, itulah yang mau tidak mau harus kita hadapi tantangan seperti itu," katanya dalam Dialog Publik Bersama Presiden RI di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (30/3/2016).

Sebab itu, kata mantan Wali kota Solo ini, masyarakat harus diberitahu kondisi dan fakta sebenarnya terjadi di Indonesia. Berbagai kesulitan yang ada tidak perlu ditutup-tutupi.

"‎Karena kita tahu ke depan kita akan berhadapan dengan situasi global yang setiap detik bisa berubah begitu sangat cepatnya," imbuh dia.

Mantan orang nomor satu di DKI Jakarta ini mencontohkan, pada tahun lalu pemerintah mati-matian mengantisipasi krisis yang terjadi di Yunani agar tidak berdampak terlalu dalam ke Tanah Air. Namun, justru yang terjadi adalah depresiasi yuan dan perlambatan ekonomi China.

Setelah pemerintah mencoba mengantisipasi perlambatan ekonomi Negeri Tirai Bambu, sambung Jokowi, Indonesia kembali dihadapkan dengan ketakutan akan kenaikan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Rate). 

"‎Situasi seperti ini akan terus kita hadapi. Oleh sebab itu sebagai bangsa yang besar, kapal besar, kita harus mulai menyesuaikan dengan tantangan global yang mau tidak mau akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi kita‎," tandasnya.

(izz)

Sumber: 

OPINIONS:
Jokowi saids that the government doesn't need to cover up about Indonesia's economic problems to the citizens because they really need to know what happens in Indonesia.

First of all, I agree with Mr. Jokowi. With transparency and open government, there should be no misunderstanding and suspicion between the government and citizens. In addition, it really needs a good cooperation between them to achieve a better of Indonesia because the achievement isn't as easy as imagined without it.

SUGGESTIONS:
From the article above, I think the government should be more open and transparent to citizens. It's necessary to make them understand what their government is doing. The government needs to ensure the public trust and establish a system of transparency, public participation, and collaboration. Because openness will strengthen our democracy and promote efficiency and effectiveness in Government.