Esok Hari
Karya: Safira Hanifah
Alun kicau sang sayap
Hembusan angin yang segar
Hembusan angin yang segar
Seakan semua turut menyapaku
Langkah kakiku terus berjalan
Mengikuti tapak jalan yang ada di hadapanku
Lengkungan sabit di wajahku merekah
Seakan tak ada duka dan resah
Jalan yang ku lewati terlihat berwarna
Ku coba hampiri satu-satu
Ku amati
Dan ku cermati
Singgahanku yang pertama terlihat indah
Ku dekatkan, ku hampiri
Semakin lama semakin indah
Sampai buatku terpesona dan tak kemana-mana
Tapi setelah kudekatkan lagi
Aku lihat sesuatu itu
Yang tak mungkin bisa berubah
Aku lihat sesuatu itu
Yang nyatanya tidak bisa diterima
Lalu aku mundur perlahan
Semakin lama aku menjauh
Sedih memang meninggalkan
Tapi ku ingat lagi itu sebuah keharusan
Segera ku sadarkan diri
Ku lanjutkan perjalananku
Berjalan, dan berjalan
Sampai-sampai....
Ku temukan tempat singgah kedua
Aku ingin mendekat, tapi aku ragu
Aku takut akan terjadi hal yang sama
Tapi ku coba menghapus ragu itu
Berjalanku mendekat dan sesuatu itu pun ternyata juga mendekat
Kembali ku amati, ku dekatkan
Semakin lama semakin nyaman
Dia buat aku lupa dengan rasa sedihku sebelumnya
Lalu ku lihat lagi
Dan tak ada yang ku temukan darinya
Yang membuat ku harus pergi
Dan kuputuskan untuk tetap singgah disini
Duduk di tengah semesta bersamanya
Di bawah kolong langit kami bercengkrama
Muncul rasa nyaman yang semakin menjadi
Rasa, rasa, Ah... rasa itu
Tak ingin lagi ku pergi
Aku hanya ingin menetap disana
Sampai bintang berkata sebaliknya
Yaa, tapi kuharap jangan sampai
Waktu bergulir cepat bersamanya
Terasa singkat padat penuh warna
Memang kadang ku bersedih
Tapi dia buat lengkungan sabit di wajahku merekah lagi
Perahu kertas yang berenang diatas air
Membawa halusinasi dan mimpi
Tak peduli apa yang mereka katakan
Tapi ini lah kami
Rasanya tak bisa kuungkapkan kata-kata
Tak usah lagi aku pergi
Tak perlu lagi aku berlari
Aku hanya ingin tetap disini
Tapi...
Suatu waktu terasa ada yang berbeda
Aku tak tau mengapa
Tapi lengkung sabit yang merekah itu perlahan layu
Aku tak tau apa yang harus ku lakukan
Saat itu terasa dingin
Ku butuh bersandar tapi semua terlihat remang semu
Serasa aku kembali jatuh
Bahkan tenggelam
Setelah terbang bebas dari jurang yang dalam
Aku kembali takut
Semua warna yang kupunya lenyap
Semua mimpi
Bahkan semua halusinasi
Yang kutemukan hanyalah fatamorgana
Bisa kulihat tapi tak tersentuh
Ku menjerit
KENAPA? KENAPA?
KENAPA SETIAP AKU INGIN MENETAP SELALU HARUS PERGI PADA AKHIRNYA?
Sakit, berat, pedih
Rasanya aku entah lagi ingin memulai
Jalanku meragu
Tatapanku merunduk kejalan
Kepalaku berat tak ingin mendengah
Seakan takut menatap apa yang ada di hadapanku
Takut melihat apa yang ada di sekelilingku
Kurasakan pandanganku, kepalaku, dan pikiranku
Yang tak sejalan
Ingin berontak rasanya
Tapi ku tertahan
Sungguh aku terasa lemah
Tak bisa berbuat apa-apa
Perangaiku terlihat menggegana
Kelam abu tak berwarna
Bagaimana aku harus memulai?
Sedangkan apa yang kurasakan dan kupikirkan adalah belakangku?
Aku selalu ingin berbalik mengulang bersamanya
Yang kurasa dan kufikir dia singgahan terakhirku
Kudengar suara-suara pembangkit
Setelah kemarin dan hari ini
Ada hari esok
Yang tentu berbeda dan lebih baik lagi
Pelan-pelan kuangkat kepalaku
Kucerna perkataan itu
Lalu ku ingat pertemuan itu
Berharga tak bernilai
Tuhan tak pernah tidur
Itu yang mereka katakan
Ku ambil sepenggal cerita indahnya
Ku buang bagian buruknya
Cakrawala senja menghujam langit
Melukis ditengah langit siang dan malam
Mataku tak pernah luput memandangnya
Seakan terhanyut melayang di dalamnya
Kucoba katakan terima kasih
Selamat tinggal kemarin
Selamat tinggal kemarin
Dan selamat datang
Esok hari...